Selasa, 22 Februari 2022

2.1.a.9. Koneksi Antar Materi - Modul 2.1- Pembelajaran Berdiferensiasi-Guru Penggerak Angaktan 4

 2.1.a.9. Koneksi Antar Materi - Modul 2.1

Pembelajaran Berdiferensiasi


A. Pembelajaran Diferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang di dalamnya terdapat serangkaian kegiatan yang disusun secara sistematis oleh guru agar mampu mendukung seluruh kebutuhan murid yang berbeda di dalam kelas atau lingkungan sekolah. Dalam hal ini guru harus paham bahwa setiap murid terlahir unik, mereka memiliki kebutuhan yang berbeda setiap individunya. Dari keunikan tersebut kita sebagai guru diharapkan mampu menciptakan sebuah pembelajaran dengan tujuan yang didefinisikan secara jelas. Pembelajaran berdiferensiasi  mendorong guru untuk tidak melihat dari satu sudut pandang saja.  Ketika seorang guru peduli dan responsive terhadap kebutuhan belajar murid. Berarti guru sedang mendiferensiasi pembelajaran supaya mendapatkan hasil yang maksimal. Tomlinson membagi kebutuhan belajar murid menjadi tiga aspek, yaitu

1. Kesiapan belajar murid 

Sebelum mempelajari suatu materi , guru perlu memetakan kebutuhan murid. Dalam hal ini, guru harus mendiagnosa kesiapan belajar mereka. Kesiapan belajar menjadi dasar yang kuat bagi guru untuk membuat sebuah perencanaan materi apa yang mereka butuhkan dan tindakan bagaimana yang akan dilakukan serta assement seperti apa yang akan diberikan. Karena dalam satu kelas bisa saja ada murid yang bisa merespon dengan cepat namun ada juga yang lambat. Atau ada yang harus dengan memberikan contoh kongkret dan abstrak. 

2. Minat belajar murid

Murid akan merasa dihargai keberadaannya kalau keberagaman minat mereka diperhatikan. Pembelajaran akan  terasa bermakna jika prosesnya disesuaikan dengan minat mereka. Motivasi belajar juga akan tumbuh bahkan meningkat jika minat dijadikan salah satu dasar pembelajaran. 

3. Profil belajar murid

Aspek ini terkait informasi secara secara individu dari masing-masing murid. Bisa terkait dengan gaya belajar, kecerdasan, latar belakang lingkungan mereka dan lain sebagainya yang memengaruhi murid dalam belajar. Profil belajar murid dijadikan acuan dalam membuat sebuah perencanaan, pemantauan peningkatan kemajuan hasil belajar, catatan perubahan dari sebelumnya dan rencana tindak lanjut yang akan digunakan.

Kebutuhan-kebutuhan belajar tersebut diharapkan mampu terpenuhi dalam pembelajaran berdiferensiasi. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar murid, antara lain:

a. Wawancara dengan murid 

b. Membaca rapor 

c. Menggunakan berbagai penilaian

d. Melakukan review  dan refleksi terhadap praktek pembelajaran

e. Identifikasi pengetahuan awal

f. Melakukan pengamatan perilaku

Untuk mencapai tujuan pembelajaran berdiferensiasi perlu adanya persiapan dan strategi, berikut 3 strategi mendiferensiasi pembelajaran. 

1. Konten 

Berkaitan dengan materi, konsep, dan ketrampilan yang dipelajari murid berdasarkan kurikulum namun tetap memerhatikan kebutuhan murid.  Dalam hal ini guru juga memodifikasi materi pembelajaran berdasarkan gaya belajar, kesiapan dan minat murid.

2. Proses 

Sebuah kegiatan untuk berlatih dan memahami konten. Dalam strategi ini guru membedakan proses yang harus dijalani oleh murid berdasarkan kebutuhan murid. 

3. Produk

Merupakan bukti yang menunjukan apa yang telah murid pahami. Produk merupakan hasil kreasi murid yang bisa diwujudkan dalam bentuk rekaman, infografis, poster, video presentasi, diagram, karangan, atau tes tulis. Guru berusaha untuk menyediakan berbagai pilihan produk yang merespons beragam profil, minat atau kesiapan belajar  murid.


B. Kaitan Antara Materi Dalam Modul Ini Dengan Modul Lain.

Jika merujuk dari uraian tentang pembelajaran berdiferensiasi yang memiliki peranan penting untuk menumbuhkembangkan murid secara holistic serta cita-cita Ki Hajar Dewantara untuk menciptakan manusia yang memiliki keluasan mental, spiritual, dan intelektual akan tercapai melalui pembelajaran berdiferensiasi.  Selain itu tercapainya profil pelajar pancasila diantaranya beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif akan sangat mudah diintegrasikan dalam proses pembelajaran yang memperhatikan kebutuhan belajar murid.

Nilai-nilai positif yang harus dimiliki seorang guru penggerak seperti Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta Berpihak pada Murid akan secara otomatis tumbuh  dalam diri guru pada saat membuat perencanaan, pelaksaanan, assessment, dan rencana tindak lanjaut dalam pembelajaran berdiferensiasi. Dibutuhkan pendidik yang terampil dan berkompeten sehingga mampu berkontribusi secara aktif untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid atau pembelajaran yang senantiasa mempertimbangkan kebutuhan belajar murid. Hal ini terjawab dengan adanya  pembelajaran berdiferensiasi.

Kita juga tidak menghilangkan kekuatan yang dimiliki murid dalam mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi. Berbekal kekuatan yang dimiliki murid kita akan lebih mudah untuk melakukan perubahan dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang selalu memperhatikan kebutuhan murid. Secara sadar displin positif juga akan tumbuh dan menjadi sebuah budaya yang dilakukan murid karena apa yang mereka lakukan dalam pembelajaran bediferensiasi sudah diselaraskan dengan kebutuhan mereka. Mereka merasa dihargai dan diakui keberadaanya maka secara otomatis akan melakukan tindakan yang positif sebagai bentuk umpan balik dari pembelajaran berdiferensiasi.

Berikut salah satu contoh praktik pembelajaran berdiferensiasi yang sudah penulis terapkan. Untuk link RPP bisa diunggah di sini 

https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/rpp/rpp-berdiferensiasi-kse-cerita-legenda-kelas-8/

Untuk contoh video pembelajaran bisa diakses melalui https://youtu.be/Wskc42uQvbI



Materi Serat Wulangreh Pupuh Kinanthi- Kelas 8 Bahasa Jawa-Semester Genap

BAHAN AJAR
Menelaah Serat Wulangreh Pupuh Kinanthi 

A. KOMPETENSI INTI
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptua, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait dengan fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
Kompetensi Dasar
3.2 Menelaah teks piwulang serat Wulangreh pupuh Kinanthi. 
4.2 Menulis syair tembang kinanthi. 
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.2.1 Mengidentifikasi kata-kata sulit dalam serat wulangreh pupuh kinanthi.
3.2.2 Menganalisis amanat yang terkandung dalam teks serat wulangreh pupuh kinanthi.
4.2.1 Menulis syair tembang kinanthi.

C. DIMENSI PENGETAHUAN
1. Faktual : Contoh serat wulangreh pupuh kinanthi
2. Konseptual :  Jenis tembang Macapat, watak tembang macapat
3. Prosedural :  Aturan dalam tembang macapat
4. Metakognitif : Mengetahui amanat yang terkandung dalam tembang kinanthi

D. URAIAN MATERI
1. TEGESE TEMBANG MACAPAT
Asal usul lan   tegese tembang macapat tumeka saiki durung ana pasarajukan kang gumathok, antarane pemanggihing para winasis siji lan liyane. Wondene   tegese tembang macapat, yaiku.
1) Macapat tegese tangga desa kang ngubengi (Poerwadarminta, 1959: 292); maknane tembang macapat wis sumebar lan dikenal masarakat, malah masarakat wis padha  wasis nembang utawa nglagokake. Tangga desa kang ngubengi maksude tangga ing sisih: wetan, kidul, kulon, lan lor wis padha tepung sarta akrab sanget kalihan tembang macapat.
2) Tembung macapat dumadi saka tembung “maca” tegese maca utawa nglagokake; lan tembung “pat”  kang owah dadi “mat” (proses asililasi tunggal ditikulasi) wancahan saka tembung “nikmat”,   maknane: enak utawa krasa banget (Poerwadarminta, 1939: 298). Dadi macapat tegese seneng maca kanthi kebak rasa endah lan nikmat.
3) Macapat dumadi  saka tembung  maca, lan pat kang owah dadi “mat”, kang  asale saka basa Walanda /Belanda “maat”, tegese: irama, tembang, metrum. Mula macapat tegese maca kanthi iramaning tembang   utawa metrum utawa menyanyi. Irama utawa lagu sajroning tembang macapat iku sing lumrah kanthi gregel, yaiku lak-luking suwara, munggah mudhuning suwara kang winates 4 (papat) titilaras.
4) Macapat dumadi saka tembung “maca”  lan “pat” wancahan  saka  tembung  “papat”; jalaran anggone   maca utawa nglagokake mandheg papat-papat (4-4 wanda) waton pas entek utawa tumibaning tembung, boten kenging medhot tembung. Mula gumantung tembung-tembung kang digunakake sajroning tembang; bisa mandheg ing pedhotan loro telu (2-3); telu loro (3-2); telu-telu (3-3).

2.  CACAH UTAWA GUNGGUNGE TEMBANG MACAPAT
Kang lumrah lan adhedhasar  ngrembakane  kasusastran  Jawa  ing  jaman  saiki,  padha  nyarujuki menawa gunggung utawa cacahing tembang macapat iku ana 11 (sewelas). Yaiku Dhandhanggula, Durma, Kinanthi, Maskumambang, Mijil, Pangkur, Asmaradana, Pocung, lan Sinom, Gambuh lan Megatruh.

3. PAUGERANE TEMBANG MACAPAT
Paugeran, pranatan utawa aturan menawa nganggit/ yasa tembang macapat lumrahe mawa lelewaning basa kang gumathok, kayata: (a) nggunakake tembung-tembung kawi utawa arkhais, tembung garba, baliswara, plutan, wancah; (b) guru gatra, guru wilangan, guru lagu/ dhong-dhing; (c) purwakanthi „persajakan‟; (d) dayasastra yen ditulis kanthi aksara Jawa utawa ketemu ater-ater anuswara dadi luluh, kejaba ing tembung lingga kang konsonan „katutswara‟ suwarane abot (g, j, dh, d, b) ora bisa  luluh „asimilasi‟; (e) sasmita tembang; (f) sandi asma; (g) titimangsa „waktu‟.




4. SIPAT (WATAK) SEKAR TENGAHAN/ MACAPAT
Gunggung, cacah lan jenenge tembang macapat iku ana 11 (sewelas), lan tembang tengahan ana 4 (papat); kang mratandhani menawa panganggone pupuhing tembang iku ora kena  sakarepe  dhewe,  nanging  kudu  dijumbuhake  karo  wataking  tembang.  Wondene wataking tembang macapat;  kaya ing ngisor iki.
a. Pocung             : Watake sasenenge/ sakarepe dhewe, lucu, sembrana parikena.   Cocok/
jumbuh kanggo cangkriman, nggambarake prakara kang sembranan.
b. Gambuh           : Paseduluran  „familier‟,     sumadulur.  Jumbuh  kanggo  pitutur;    pitutur
marang   kulawarga,      pitutur   babagan   paseduluran.   Jumbuh   kanggo
andharan babagan kulawarga, pitutur, pendidikan, panembah.
c. Pangkur            : Gumregah,   semangat, nesu, perang. Jumbuh/ cocok kanggo paprangan,
padudon, pitutur kang semangat makarya, ngendhaleni hawa nepsu; asih
tresna kang makantar-kantar.
d. Durma              : Semangat, nesu, gummregah, padudon. Cocok/ jumbuh kanggo andharan
rasa nesu, cecongkrahan; rasa jengkel, carita paprangan.
e. Maskumamb    : Sedhih/ susah, trenyuh,  getun/ gela. Jumbuh/ cocok kanggo nggambarake
ang rasa susah/ sedhih,  getun geduwung, nelangsa.
f. Megatruh          : Susah, prihatin, gela/ getun. Jumbuh kanggo nggambarake prekara kang
susah, rasa sedhih, kuciwa, lan  gela.
g. Mijil                 : Prihatin,  asih  tresna.  Jumbuh  kanggo  andharan  utawa  nggambarake
babagan  asih tresna, prihatos, pangajak, pitutur. Jumbuh/ cocok kanggo
nggambarake rasa asih tresna, prihatin, pangajak, lan pitutur.
h. Kinanthi           : Seneng,   gembira,   asih   tresna.   Jumbuh   kanggo   pitutur/   nasihat,
nggambaraken rasa asih tresna, lan liya-liyane.
i. Asmaradana     : Asih  tresna,    sedhih,  kasmaran.  Jumbuh/  cocok  kanggo  nggambarake
babagan katresnan, asih tresna, kasmaran, lara branta, lan liya-liyane.
j. Sinom               : Asih tresna, lincah, canthas. Jumbuh utawi cocok kanggo  prakara kang
sarwa lincah, nggambarake sipat kang lincah „kreatif‟.
k. Dhandhangg     : Luwes,    nyenengake,    grapyak    semanak.    Cocok/    jumbuh    kanggo
ula nggambarake sakabehe suwasana/ kawontenan.

5. TULANDHA TEMBANG MACAPAT KINANTHI; LARAS SLENDRO, PATHET   MANYURA


  



Daftar pustaka

Priyantono dan Sawukir. 2018. Marsudi Basa lan Sastra Jawa. Jakarta : Erlangga
Sulaksono, Djoko. 2019. Modul 4 Sastra Klasik lan Modern. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kamis, 10 Februari 2022

AKSI NYATA MODUL 1.2 PERAN DAN NILAI GURU PENGGERAK

 AKSI NYATA MODUL 1.2 PERAN DAN NILAI GURU PENGGERAK

“IMPLEMENTASI PERAN DAN NILAI GURU PENGGERAK”




A. LATAR BELAKANG

Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan  yang hidup dalam masyarakat kebangsaan. Dengan tujuan agar segala unsur peradaban dan kebudayaan dapat tumbuh dengan sebaik-baiknya. Dari pernyataan tersebut diharapkan guru penggerak mampu berperan secara aktif dalam transformasi pendidikan. Guru yang baik adalah guru yang memiliki dedikasi dan etos kerja tinggi baik di dalam lingkungan maupun diluar lingkungan sekolah. Profesi guru mengemban tugas yang mulia karena guru mengabdi sepenuh hati untuk mencerdaskan  kehidupan bangsa. Dalam praktek sehari-hari guru diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dibutuhkan sebuah ilmu dan seni yang berbeda. Karena kita ketahui bersama setiap murid memiliki kemampuan dan bakat masing-masing. 

Menjadi sosok guru yang menyenangkan dalam pembelajaran adalah tujuan dan peran yang luar biasa untuk dilakukan. Dalam mewujudkannya diperlukan wawasan yang luas melalui proses pelatihan dan pendidikan lebih lanjut. Dan tidak kalah penting di dukung oleh pengalaman mengajar yang cukup. Para guru harus senantiasa berupaya melatih diri mengamati proses-proses yang terjadi di sekolah sehingga akan menjadi lebih tanggap, bernalar dan berfikir cepat dalam menghadapi semua.

Seorang guru penggerak diharapkan berperan aktif dalam transformasi pendidikan. Guru yang baik adalah guru yang bekerja dengan etos kinerja tinggi bukan hanya di lingkungan kelas saja tetapi di luar kelas bahkan di luar lingkungan sekolah.

Guru penggerak yang diharapkan muncul dari pelaksanaan program ini adalah guru penggerak yang memiliki nilai dan berperan penting dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Nilai ini yang nantinya akan mendukung calon guru penggerak dalam melaksanakan peran-perannya, serta mewujudkan profil pelajar pancasila. Nilai itu sendiri, menurut Rokeach (dalam hari, Abdul H.2015), merupakan keyakinan sebagai standar yang mengarahkan perbuatan dan standar pengambilan keputusan terhadap objek atau situasi yang sifatnya sangat spesifik. Kehadiran nilai dalam diri seseorang dapat berfungsi sebagai standar bagi sesorang dalam mengambil posisi khusus dalam suatu masalah., sebagai bahan evaluasi dan dalam membuat keputusan, bahkan hingga berfungsi sebagai motivasi dalam mengarahkan tingkah laku individu dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat peranan nilai sangat dibutuhkan, maka rasanya penting bagi seorang guru penggerak untuk bisa memahami dan menjiwai nilai -nilai tersebut.


B. DESKRIPSI AKSI NYATA

Tujuan umum dari aksi nyata ini adalah mengimplementasikan nilai dan peran guru penggerak di sekolah sehingga tercipta suasana belajar yang merdeka serta murid memiliki karakter sesuai profil pelajar pancasila seperti yang diharapkan, sedangkan tujuan khususnya adalah ingin berbagi praktik baik tentang peran dan nilai guru penggerak yang sudah lakukan di sekolah.

Implementasikan peran guru penggerak yang telah saya lakukan diantaranya  menjadi pemimpin pembelajaran serta mewujudkan kepemimpinan murid dalam hal ini saya merancang pembelajaran yang berpusat  pada murid. Selain itu saya juga menularkan berbagai pengalaman yang saya miliki kepada rekan guru. Salah satu hal yang saya lakukan terkait dengan inovasi pembelajaran yaitu dengan membuat media pembelajaran yang saya sesuaikan dengan minat murid saat ini. Kemudian saya berusaha berbagi pengalaman dengan rekan sejawat saya terkait media pembelajran yang sudah saya buat. Selanjutnya ketika saya mengikuti sebuah pelatihan atau workshop saya dengan senang hati akan berbagi ilmu kepada teman yang membutuhkan..

Selain menerapkan perang guru penggerak, saya juga memahami  nilai guru penggerak yang tidak terlepas dari pemikiran filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, diantaranya:

1. Mandiri, saya tidak tergantung pada orang lain dan mempunyai inisiatif sendiri untuk mengikuti berbagai pelatihan, diklat dan kegiatan lain yang positif yang mendukung pengembangan diri saya.

2. Reflektif, saya selalu melakukan refleksi atas apa yang sudah saya lakukan. Saya juga menyukai tantangan tetapi saya juga menerima kritik dan saran yang membangun.

3. Kolaboratif, sebagai makhluk sosial saya tidak mungkin bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu kolaborasi dengan semua pihak selalu saya lakukan dalam menjalankan program-program saya.

4. Inovatif, saya menerapkan berbagai metode dan media pembelajaran dalam mentransfer ilmu kepada murid, menggunakan berbagai media pembelajaran yang kreatif untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar. 

5. Berpihak pada murid, bagi saya murid adalah ujung tombak keberhasilan pembelajaran, saya berusaha menanyakan apa yang  murid butuhkan dan berusaha semaksimal mungkin menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.  


C. HASIL DARI AKSI NYATA

Hasil yang saya dapatkan dari aksi nyata di modul 1.2 ini saya bisa mempraktikkan peran dan nilai guru penggerak di lingkungan sekolah. Banyak kegiatan yang saya lakukan di sekolah diantaranya membimbing siswa dalam mengikuti berbagai macam kegiatan baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah yang bisa membentuk jiwa kepemimpinan bagi mereka. Namun demikian saya tetap harus berkomitmen untuk selalu berubah kearah yang lebih baik. Secara konsisten mengadakan perubahan positif bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.


AKSI NYATA MODUL 1.1 PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA

 AKSI NYATA MODUL 1.1 PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA

“PENERAPAN FILOSOFI KI HAJAR DEWANTARA DALAM PEMBELAJARAN”

NUR ISNAENI/CGP ANGKATAN 4

SMPN 3 GRABAG 

KAB. MAGELANG




A. LATAR BELAKANG

Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak  agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi – tingginya. Supaya tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik maka Ki Hajar Dewantara menetapkan beberapa filosofi yang diterapkan di Sekolah Taman Siwa. Di antaranya, filosofi petani, menghambat pada anak, memahami kodrat anak ( kodrat alam dan zaman ), bermain dan memperbaiki budi pekerti. Pelaksanaan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara ini lebih mengutamakan kemerdakaan dalam belajar. Murid merdeka dalam melakukan pembelajaran sesuai dengan kodrat yang dimiliki. Anak-anak itu sebagai makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. ‘kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu tiada lain adalah segala kekuatan yang ada dalam lahir dan batin. Sehingga pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan itu, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya. Dalam pendidikan perlunya menumbuhkan budi pekerti, watak, atau karakter yang merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan. 

Pandemi  sudah berlangsung kurang lebih selama satu setengah tahun,hal ini membuat murid jenuh dalam menjalani proses pembelajaran. Dalam kondisi seperti ini guru seharusnya merancang pembelajaran dengan model pembelajaran kreatif agar murid lebih bersemangat untuk kembali mengikuti pembelajaran. Teknologi saat ini berkembang sangat cepat, tidak bisa dipungkiri murid generasi Z sudah bersahabat dengan teknologi. Maka dari itu guru sebisa mungkin merancang pembelajaran sesuai dengan apa yang menjadi tren murid saat ini. Tentunya untuk bisa merancang pembelajaran tersebut guru harus terlebih dahulu mengetahui karakteristik dan kondisi mereka. Saat ini media sosial menjadi suatu hal yang menarik bagi kalangan murid. Banyak sekali sosial media yang mereka miliki, seperti instagram, facebook, tiktok dll.Dan instagram merupakan salah satu media sosial yang banyak digandrungi oleh murid di sekolah saya.  Melihat kondisi tersebut muncul ide untuk membuat sebuah aksi nyata melalui pembelajaran dengan menggunakan media instagram. Aksi tersebut saya terapkan dalam pembelajaran Bahasa Jawa pada materi “Menulis teks deskripsi dalam upacara adat Jawa”.

B. TUJUAN

Tujuan yang akan dicapai dari rancangan aksi nyata ini sebagai berikut:

1. Mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan  bagi murid, sehingga materi yang mereka pelajari akan menjadi lebih bermakna.

2. Mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid (student center oriented).

3. Meningkatkan keaktifan dan hasil belajar murid.


C. KRITERIA KEBERHASILAN

Kriteria keberhasilan dari aksi nyata yang dilaksanakan adalah  sebagai berikut.

1. Murid lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran.

2. Berkembangnya kompetensi yang dimiliki murid baik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

3. Murid menunjukkan perilaku profil pelajar Pancasila


D. TAHAP PELAKSANAAN

Dalam pelaksanaannya penulis mulai dengan tahap persiapan, selanjutnya tahap pelaksanaan 

1. Tahap Persiapan

Pada tahapan ini, penulis melakukan survei terkait kesiapan belajar murid serta melakukan tanya jawab yang mengarah kepada cara belajar murid untuk mengetahui  apa yang sebenarnya murid butuhkan. Selanjutnya penulis merancang pembelajaran dengan menggunakan media instagram.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan ini yang terlibat adalah murid SMPN 3 GRABAG kelas IX A,B,C  tahun pelajaran 2021/2022. Dalam pembelajaran materi Teks Deskripsi tentang upacara adat dengan media instagram inilah murid saya ajak untuk benar-benar belajar secara nyata. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kerja, dari masing-masing kelompok membawa “ubarampe” atau peralatan yang digunakan dalam salah satu upacara adat. Selama proses pembelajan murid diberi kebebasan untuk mengerjakan bisa di dalam maupun di luar kelas. Kemudian murid  diinstruksikan untuk mengambil gambar (memfoto) masing-masing ubarampe yang digunakan dalam upacara adat tersebut dengan kreatifitas mereka.Tentu pengambilan gambar dilakukan beberapa trik versi mereka. Kemudian setelah gambar diambil tugas mereka adalah mengeditnya. Jika foto sudah selesai di edit tugas selanjutnya adalah mendeskripsikan foto tersebut kedalam beberapa kalimat berbahasa Jawa dalam bentuk teks deskriptif lalu mengunggahnya ke laman media sosial instagram.

Dalam pembelajaran tersebut murid diberikan kebebasan sepenuhnya untuk menentukan karya mereka sesuai bakat serta kemampuan. Dengan diberikan kebebasan diharapkan murid dapat mengasah potensi yang ada dalam diri mereka serta mampu menumbuhkan kekuatan kodrat yang mereka miliki dalam bentuk karya. 

E. HASIL AKSI NYATA

Adapun hasil aksi nyata yang penulis dapatkan adalah ternyata murid lebih bersemangat dalam belajar sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Mereka melakukan sesuatu hal yang mereka senangi saat ini seperti memfoto, bergaya, berekspresi, bermain sosial media serta menyalurkan ide dan bakat mereka dengan bebas tanpa terbebani. Padahal sejatinya mereka sedang belajar mengenal budaya, namun secara tidak sadar mereka sedang bermain namun di dalamnya sarat akan pembelajaran. Inilah yang dimaksud dengan pembelajaran bermakna. Pembelajaran juga berpusat pada murid karena mendahulukan kepentingan dan kemampuan murid (dalam belajar). Dalam aksi kali ini guru  juga memberi ruang bagi murid untuk belajar menurut ketertarikannya, kemampuan pribadinya,serta gaya belajarnya. Guru di sini hanya berperan sebagai fasilitator. Hasil akhir yang utama adalah murid menunjukan perilaku profil pelajar pancasila yang berkarakter dan berbudaya. Dan hasil karya mereka berupa foto dengan disertai paragraf deskripsi di unggah di laman sosial instagram.


F. PEMBELAJARAN YANG DIDAPAT DARI PELAKSANAAN 

1. Keberhasilan

Sebagian besar murid antusias terhadap pembelajaran sehingga cepat tanggap terhadap apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran dan mampu menyelesaikan bersama kelompoknya apa yang menjadi tantangan bagi mereka. 

1. Kegagalan 

Ada beberapa murid yang tidak mendengarkan intruksi guru sehingga tidak bisa melaksanakan tugas tepat waktu. 


G. REFLEKSI TERHADAP AKSI NYATA

Setelah menerapkan apa yang telah direncanakan sebelumnya, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam kesempatan berikutnya. Adapun hal-hal tersebut diantaranya:

1. Dalam penerapannya nanti, perlu dibuat kesepakatan kelas terkait dengan hal-hal yang menjadi acuan dalam pembelajaran tersebut.

2. Pembelajaran ini hendaknya melibatkan pihak lain seperti rekan sejawat ataupun manajemen sekolah sehingga rancangan perencanaan dapat lebih optimal dan bisa diterapkan di semua jenjang kelas dalam lintas mapel. 


Senin, 07 Februari 2022

KD: MEMAHAMI TEKS CERITA RAMAYANA (RESI JATAYU)

BAHAN AJAR

Kompetensi Dasar: Memahami teks cerita Ramayana (Resi jathayu)


A. KOMPETENSI INTI

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptua, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait dengan fenomena dan kejadian tampak mata.

4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI



C. DIMENSI PENGETAHUAN

1. Faktual         : Teks cerita Ramayana (Resi jathayu)

2. Konseptual : Unsur-unsur intrinsik dalam cerita Ramayana (Resi jathayu)

3. Prosedural : Bagian-bagian kitab Ramayana

4. Metakognitif    : Mengetahui amanat atau pesan yang ada dalam cerita Ramayana (Resi jathayu)


D. URAIAN MATERI

1. Tegese Ramayana

Tembung Ramayana asale saka tembung Rama lan Yana. Rama tegese Prabu Rama lan Yana tegese laku. Dadi Ramayana tegese lakune Prabu Rama. Crita Ramayana asale saka India lan ditulis nganggo basa sansekerta, lan cerita iki digubah dening Mpu Walmiki. Crita Ramayana kaperang dadi 7 kitab utawa perangan utawa sinebut kandha. 

2. Perangan  kitab Ramayana

a. Balakandha.

Balakandha minangka kitab sepisan. Nyeritakake ngenani Dasarata dadi raja ing kraton Ayodya. Dasarata duwe bojo cacahe 3, yaiku Dewi Kosalya kagungan putra Rama, Dewi Kekeyi kagungan putra asmane Prabu Barata, lan Dewi Sumitra kagungan putra Lesmana lan Satrugna.

b. Ayodyakandha.

Nyritake Dasarata lengser dadi raja, lan diganti Rama ananging dialang-alangi Dewi Kekeyi kang nduweni karep supaya Barata dadi raja.

c. Aranyakandha.

Nyritake Rama lan Lesmana paring pambiyantu marang pandhita kang lagi mertapa supaya ora diganggu dening para raksesa.

d. Kiskindhakandha.

Nyritake dhuhkitane Rama jalaran kelangan garwane yaiku Dewi Sinta.

e. Sundarakandha.

Nyritake Anoman nggoleki Sinta kang didusta utawa diculik Rahwana utawa Dasamuka.

f. Yuddakandha.

Nyritake Rama, Sugriwa, lan bala wanara (kethek) gawe jembatan utawa kreteg    Situbanda kanggo tumuju Alengka.

g. Uttarakandha.

Kitab pungkasan yaiku nyritake Dewi Sinta dibuwang ing tengah alas jalaran Rama   cubriya marang kesuciane Dewi Sinta.


3. Unsur intrinsik cerita

a. Tema yaiku undheraning rembug.

b. Paraga lan watak, ana 3 yaiku: antagonis, protagonis lan tritagonis.

c. Setting/latar yaiku awujud papan panggonan, kahanan lan wektu.

d. Plot/alur yaiku dalaning cerita.

e. Amanat/pitutur luhur yaiku pesen kang ana ing sajroning cerita.

f. Cara mawas/Sudut pandang (point of view) yaiku dununge panulis ana ing cerita minangka wong kapisan apa wong katelu. 


4. Tuladha cerita Ramayana (Resi jathayu)

Resi jathayu

Ramawijaya tindak mbebedhag ing alas. Sadurunge tindak,Prabu Rama wis weling marang ingkang garwa inggih menika  Shinta. Shinta diweling ora kepareng nerak wewaler utawa garis mistik saka Prabu Rama. Tindake Rama diweruhi wadyabalane Rahwana lan padha golek sisik melik kanggo ndhusta Shinta. Sawuse oleh sisik melik, Rahwana banjur mbudidaya supaya bisa mboyong Shinta. Kanthi maneka cara dilakoni, supaya penggalihe Shinta kapilut dening Rahwana. Rahwana malih rupa, sing pungkasan malih rupa dadi kidang kencana/kidang emas kang minangka klangenane/kasenengane Shinta. Penggalihe Shinta seneng campur gumun, ana kewan apik minangka klangenane, mula enggal-enggal dichedhaki. Ora ngertia, kidang kencana iku mau minangka penjelmaan Rahwana. Sanalika Shinta kaboyong lan kabopong Rahwana diasta mabur menyang ngakasa. Sawuse Ramawijaya kondur saka mbebedhag, pranyata Shinta ora ana, mula banjur utusan marang wadya bala Rama supaya golek sisik melik dumununge Shinta. Gancanging carita, Prabu Ramawijaya  golek sisik melik/ mata-mata ngenani kaanane Dewi Shinta kang wis didhusta dening Rahwana. Wis pirang-pirang dina pisah karo Dewi Shinta andadekake penggalihe Prabu Rama sungkawa utawa sedhih. Kang diutus utawa dadi Duta  yaiku Kethek Putih kang aran Anoman.                       

Anoman  dadi Duta/utusane Ramawijaya, banjur njunjug menyang Taman Keputren. Ing kono Anoman bisa nemoni Dewi Shinta lan Dewi Trijatha, malah bisa ngaturake ali-aline Sri Rama menyang Dewi Shinta. Sawise oleh sisik melik lan kaanan liyane, Anoman ya Kethek Putih banjur bali. Nanging nalika arep pamit bali, konangan para prajurit Alengkadiraja, lan dirangket nuli disowanake marang Prabu Rahwana. Dening Rahwana, Anoman kapatrapan paukuman yaiku bakal diobong ing alun-alun Ngalengka. Ngadhepi kaanan kang kaya mangkono, Rewandaseta utawi kapi seta tatag tanggon tanpa miris, tanpa gigrig manahe. Ing batine, kabeh prakara kang bener, bakal pener lan prakara kang luput utawa salah mesthi bakal seleh. Iki minangka watak kasatriya kang patut ditiru. Ora gigrig lan wedi paukuman, nanging paukuman kang wedi marang bebener.                               

Kacarita, Kethek Putih ya Anoman nglakoni paukuman. Nanging senajan diobong, Anoman ora bisa kobong amarga sekti mandraguna lan malah mencolot sanduwuring kraton. Omah, bangunan liyane, lan wit-witan kang diencoki Anoman kabeh kobong. Kraton Ngalengka sing maune apik, asri saiki dadi lautan geni. Prabu Dasamuka nesu lan mrentahake para prajurit supaya nyekel Anoman. Nanging Anoman kasil lolos lan wis bisa ketemu maneh atur palapuran marang Prabu Rama. 


            (Pustaka Candra, Edisi 8  kanthi kabesut saprelune)


5. Tehnik nyritakake maneh isine cerita

1. Maca utawa ngrungokake crita kasebut kanthi titi.

2. Nyathet babagan kang wigati / penting.

3. Ngembangake nganggo tembung lan ukarane dhewe.



Daftar pustaka


Priyantono dan Sawukir. 2018. Marsudi Basa lan Sastra Jawa. Jakarta : Erlangga

Sulaksono, Djoko. 2019. Modul 6 Seni Pentas Jawa. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Widyastuti. 2019. Bahasa Jawa Kelas IX. Banyumas: Media Pendidikan Group.


 

AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK

 AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK

Nur Isnaeni, S.Pd

CGP Angkatan 4 Kab. Magelang

SMP Negeri 3 Grabag

VISI

" Mewujudkan pembelajaran  sesuai kodrat zaman yang positif untuk meningkatkan kreativitas murid"

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah menuntun segala kodrat anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, guru tidak bisa memaksakan murid menjadi apa yang guru inginkan justru di sinilah peran seorang guru di uji. Guru harus mampu menggali dan menuntun anak untuk menemukan jati diri serta potensi yang ada dalam diri mereka. Murid diberikan kebebasan dalam berkreatifitas namun tetap memberikan tuntunan agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan diri mereka. Point terpenting di sini murid mampu menemukan kemerdekaan dalam belajar. 

Proses pembelajaran yang selama ini berjalan sebagian besar belum mengarah pada pengembangan bakat dan potensi murid.  Banyak kasus para guru hanya mementingkan hasil akhir saja, yaitu bagaimana murid mendapatkan nilai yang bagus tanpa memperhatikan proses yang mereka lalui. Sebagian guru belum mampu menciptakan pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan sesuai dengan kodrat anak. Metode ceramah merupakan pilihan yang terbanyak digunakan oleh bapak ibu guru untuk proses pembelajaran. Selain itu pemberian tugas yang monoton dan disertai ancaman membuat murid malas belajar. Meskipun mereka mengerjakan tugas yang diberikan, namun mereka melakukannya dengan paksaan bukan karena motivasi pribadi. Ditambah lagi penggunaan media pembelajaran yang kurang menarik dan kekinian membuat anak jenuh akan proses pembelajaran. Tentu hal ini akan berdampak pada tidak tercapainya tujuan pembelajaran secara maksimal. Hal ini kemudian menjadi pemantik saya untuk menciptakan pembelajaran yang berpusat pada murid, menarik, dan menyenangkan sesuai dengan kodrat zaman.  


B. TUJUAN 

1. Menumbuhkan semangat  dan minat belajar siswa.

2. Menumbuhkan bakat dan potensi yang di miliki anak.

3. Menciptakan suasana pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan kreatif.

4. Murid merasa bahagia  dalam belajar tanpa tekanan.


C. DESKRIPSI AKSI NYATA

Aksi nyata ini saya lakukan dengan tujuan menciptakan pembelajaran yang berpusat pada murid, menarik, dan menyenangkan sesuai dengan kodrat zaman. Sebelumnya saya melakukan pengamatan terhadap minat dan bakat anak kelas IX. Kita ketahui bersama saat ini yang sosial media sudah menjadi  sebuah kebutuhan bagi sebagian murid. Kehidupan mereka setiap hari dekat dengan yang namanya instagram, tiktok, facebook dan aplikasi sosial media lainya. Selain itu saya juga melakukan diskusi ringan dengan murid tentang pembelajaran seperti apa yang mereka inginkan. Mengingat mata pelajaran yang saya ampu adalah bahasa Jawa tergolong mata pelajaran yang menurut mereka kuno dan tidak mudah. Meskipun sebenarnya merupakan bahasa sehari-hari mereka. 

Kemudian muncul ide saya untuk menciptakan pembelajaran yang berpusat pada murid, menarik, dan menyenangkan sesuai dengan kodrat zaman. Saya memilih model pembelajaran problem based learning (PBL)  dengan menggunakan media instgram dalam materi menulis teks deskripsi upacara adat Jawa. Pendekatan yang saya gunakan adalah saintifik berbasis TPACK. Pendekatan saintifik memiliki tujuan menciptakan kondisi pembelajaran agar murid merasa bahwa belajar merupakan kebutuhan,serta melatih mereka menemukan ide dan mengembangkan karakter mereka. Berbasis TPACK adalah sebuah kerangka kerja dalam mendesain model pembelajaran baru dengan menggabungkan tigas aspek utama teknologi, pendagogik, dan konten (materi pengetahuan). Selain penggunaan teknologi sebagai bahan ajar, dalam framework TPACK, pedagogik adalah aspek penting yang juga perlu diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran. Pedagogik bukan saja bagaimana mengembangkan seni-seni dalam mengajar, atau mendesain kelengkapan instrumen proses dan penelitian dalam permbelajaran, namun dituntut juga memahami siswa secara psikologis dan biologis. Dalam hal ini saya menjadikan instagram sebagai sarana untuk mengunggah hasil dari pekerjaan murid. 

Saya juga memilih model pembelajaran problem based learning karena dalam  model ini murid belajar dengan inspirasi, pemikiran kelompok, dan menggunakan informasi terkait. Problem based learning adalah pembelajaran berbasis masalah yang merupakan titik awal dari proses pembelajaran. Masalah yang dipecahkan didasarkan pada masalah kehidupan nyata yang telah dipilih dan diedit untuk memenuhi tujuan pendidikan. Dengan demikian murid menyadari proses untuk mengelola pembelajaran sebagai masalah yang harus dipecahkan dan proses yang harus dilalui. Dalam hal ini saya sebagai guru memfasilitasi mereka untuk bekerja secara mandiri dan kelompok untuk menganalisis masalah dan memecahkan berdasarkan informasi yang telah mereka gali dari berbagai sumber. Disini materi upacara adat adalah materi yang sering mereka jumpai dalam kehidupan mereka sehari-hari. 


D. HASIL DARI AKSI NYATA

Berdasarkan praktek aksi nyata yang telah dilakukan dengan menggunakan pendekatan,model serta media pembelajaran yang menarik membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan kreatif. Murid terlihat bergembira dan antusias selama proses pembelajaran. Dan yang terpenting murid menjadi lebih bertanggung jawab terhadap apa yang seharusnya mereka kerjakan. Mereka juga mampu berkolaborasi berbagi pengetahuan, saling memberi semangat terhadap teman serta bebas mengekspresikan ide dan kreatifitas mereka. Tingkat kejenuhan siswa menurun dan berubah menjadi pembelajaran yang menyenangkan karena hal tersebut sejalan dengan apa yang sedang mereka senangi saat ini. Hasil dari aksi nyata ini sesuai dengan salah satu filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu menuntun anak sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman agar mereka mencapai kebahagian setinggi-tingginya. 


E. RENCANA PERBAIKAN

1. Melakukan diskusi dengan peserta didik mengenai saran atau ide yang bisa diterapkan dalam pembelajaran selanjutnya. 

2. Melibatkan peserta didik dalam hal apapun termasuk rencana dan proses pembelajaran untuk kebaikan bersama.

3. Melakukan refleksi dan evaluasi secara berkala.


F. DOKUMENTASI KEGIATAN

1. Guru sebagai fasilitator membimbing dan mengarahkan siswa selama proses pembelajaran. Di depan memberi teladan, di tengah membangun kekuatan dan dari belakang memberikan dorongan kepada murid. Guru memberikan motivasi dan dorongan selama proses pembelajaran, memberikan arahan dan bimbingan atas kesulitan selama pembelajaran.



2. Proses pembelajaran dimana murid berkolaborasi dan berdiskusi dalam kelompok menyajikan sebuah gambar dari bagian-bagian upacara adat untuk diunggah dalam sosial media instagram. 




3. Hasil kerja kelompok yang di unggah dalam sosial media instagram dan saling memberi like serta komentar oleh kelompok lain.






Kamis, 03 Februari 2022

AKSI NYATA 1.4 BUDAYA POSITIF

NUR ISNAENI_CGP ANGKATAN4_KAB.MAGELANG

SMP N 3 GRABAG


MEMBANGUN KESEPAKATAN KELAS SEBAGAI BUDAYA POSITIF

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan karakter yang ada di sekolah tidak hanya mendorong murid untuk berhasil secara akademik dan non akademik pada lingkungan sekolah,tetapi juga bisa menumbuhkan moral yang baik dalam diri murid ketika mereka terjun di kehidupan masyarakat luas. Pendidikan karakter yang baik mampu menyiapkan murid menjadi manusia serta anggota masyarakat untuk mencapai keselamatan serta kebahagian setinggi-tingginya seperti tujuan mulia pendidikan Ki Hajar Dewantara. 

Pendidikan karakter sendiri diharapkan mampu mengembangkan nilai-nilai pelajar pancasila diantaranya Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan  Berakhlak Mulia, Kreatif, Gotong Royong, Berkebhinekaan global, Bernalar Kritis dan  mandiri. Salah  satu cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan pendidikan karakter ialah dengan mengembangkan budaya positif di lingkungan sekolah. Budaya positif merupakan nilai-nilai,keyakinan-keyakinan,serta kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid mampu berkembang diri menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan  bertanggung jawab. Budaya positif yang dikembangkan di sekolah berisi kebiasaan yang di sepakati bersama untuk dijalankan dalam waktu yang cukup lama. Akhirnya jika kebiasaan positif telah membudaya, maka nilai-nila pendidikan karakter yang diharapkan akan terbentuk dalam diri murid.

Budaya positif apabila dikembangkan secara maksimal dapat membentuk hubungan kerjasama yang baik antara murid, guru dan orang tua, serta menumbuhkan kesadaran dalam melakukan hal- hal yang baik, murid terbiasa dengan pola hidup teratur, mengembangkan kepercayaan diri dan tanggung jawab bersama, membangun karakteristik murid, mengembangkan nilai gotong-royong dan kerjasama antara guru, murid dan orang tua, menumbuh kembangkan motivasi instrinsik murid, membangun hubungan sosial yang baik antar warga sekolah, menumbuhkan rasa aman dan nyaman, dan menumbuhkan kesadaran dari dalam diri murid terhadap budaya positif.

Dalam mewujudkan budaya positif ini, guru memegang peranan yang tidak kalah penting. Guru perlu memahami posisi apa yang tepat untuk mewujudkan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah. Budaya positif sekolah di desain secara terstruktur, sistematis dan tepat sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah yang pada akhirnya mampu memberi kontribusi positif bagi peningkatan kualitas sumber daya seluruh komunitas sekolah dalam menuju sekolah unggul dan berkarakter. 

Salah satu usaha yang dilakukan untuk membangun budaya positif di sekolah yang berpihak pada murid diawali dengan membentuk lingkungan kelas yang mendukung terciptanya budaya positif dengan membuat kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas yang efektif dapat membantu membentuk budaya positif di kelas.Hal ini juga dapat membantu proses belajar mengajar yang lebih menyenangkan dan tidak mengekang murid. Sering kali permasalahan mucul karena kurangnya komunikasi antara murid dengan guru, terutama ketika murid melanggar suatu aturan dengan alasan tidak mengetahui adanya aturan tersebut.

Kesepakatan kelas dapat diartikan sebagai suatu hal yang disepakati bersama, baik guru dengan murid, maupun antar teman, dalam lingkup tempat belajar di sekolah. Kesepakatan kelas tidak hanya berisi soal peraturan di dalam kelas yang harus ditaati murid namun ada konsekuensi bagi yang melanggarnya. Dalam membuat kesepakatan kelas, dibutuhkan keterlibatan antara guru dan murid untuk saling menyepakati bagaimana kondisi kelas yang diharapkan. Kesepakatan kelas tidak hanya berisi harapan guru terhadap murid, tapi juga harapan murid terhadap guru.Kesepakatan yang disusun sebaiknya mudah dipahami dan dapat langsung dilakukan. Oleh karena itu,dalam kesepakatan kelas gunakan kalimat positif sebab lebih mudah dipahami murid dibandingkan kalimat negatif. Semua murid mengambil perannya masing-masing. Semua murid menggunakan haknya untuk dapat menyampaikan pendapatnya tentang impian terhadap kelasnya serta suasana pembelajaran yang ada didalamnya.


B. TUJUAN

Adapun tujuan dilaksanakan kesepakatan kelas ini adalah 

1. Menciptakan pembelajaran yang berpusat pada murid.

2. Memunculkan keterlibatan murid dalam menentukan kelas yang diimpikan sehingga murid lebih bertanggung jawab akan keputusan yang mereka buat bersama-sama.

3. Menumbuhkan komunikasi efektif antara murid dan guru.


C. DESKRIPSI AKSI NYATA

Kegiatan aksi nyata yang berisikan penerapan budaya positif melalui kesepakatan kelas memuat beberapa langkah dalam pelaksanaannya. Keterlibatan setiap individu dalam ruang kelas diyakini dapat mewujudkan budaya positif di sekolah. Adapun langkah-langkah yang guru lakukan dalam menyusun kesepakatan kelas adalah :

1. Langkah pertama untuk menyusun kesepakatan kelas adalah bertanya kepada murid tentang kelas impian mereka. Semua murid menjawab secara antusias pertanyaan yang diberikan. Jawaban mereka berikan antara lain,kelas yang bersih,rapi,nyaman,indah dilihat  dan tentram,guru dan murid saling menghormati,selalu bekerja sama dan tolong-menolong,belajar dengan tepat waktu.

2. Tanyakan ide dari murid  untuk mencapai kelas impian, hal ini memberi kesempatan murid dilibatkan dalam pengaturan kelas. Murid kembali diberikan pertanyaan” Bagaimana cara mewujudkan kelas yang diimpikan tersebut ?

Murid kembali menjawab antara lain dengan menjaga kebersihan kelas,bekerjasama, tidak membuang sampah sembarangan, saling menghormati, tidak membuat keributan saat belajar, disiplin waktu serta saling membantu dalam menjaga kebersihan kelas.

3. Membuat kesimpulan dari beberapa ide murid yang disampaikan. Kemudian ubah ide-ide tersebut menjadi kesepakatan kelas.

4. Membuat kesepakatan kelas dalam bentuk poster atau sejenisnya yang menurut mereka menarik. Selanjutnya guru dan murid menandatangani kesepakatan kelas bersama sebagai persetujuan bahwa kesepakatan kelas telah disepakati. Nantinya kesepakatan kelas di pajang di tempat yang mudah dilihat oleh semua warga kelas. Yang terakhir yang tidak kalah penting adalah selalu merefleksi kesepakatan kelas. 


D. HASIL AKSI NYATA

Kegiatan untuk membuat kesepakatan kelas menjadi pengalaman baru di kelas 7,8,dan 9. Kesepakatan kelas benar-benar memberikan interaksi aktif bagi guru dan murid. Hubungan yang harmonis antara guru dan murid diharapkan tercapai melalui kesepakatan kelas ini,tolak ukur keberhasilan nantinya dapat dilihat dari kerjasama dan kolaborasi yang baik antara guru dan semua murid yang memiliki latar belakang dan keunikan masing-masing.

Pembiasaan mengadakan kesepakatan kelas dalam membentuk budaya positif awalnya memang belum biasa dilakukan oleh murid karena mereka belum terbiasa memberikan pendapatnya. Setelah diberikan pertanyaan-pertanyaan pemantik untuk membentuk kebiasaan baik di sekolah, beberapa murid mulai berani mengungkapkan pendapatnya. Kegiatan pembentukan budaya positif di sekolah mendapatkan apresiasi yang baik dari kepala sekolah dan guru lain.


E. RENCANA PERBAIKAN

Rencana perbaikan yang akan saya lakukan adalah mengkaji beberapa kesepakatan kelas yang telah terbentuk serta berusaha konsisten menuntun murid untuk melaksanakan kesepakatan kelas sesuai dengan tujuan awal yaitu pembentukan karakter dan perilaku positif sehingga dalam diri murid muncul  motivasi internal dalam melakukan setiap budaya positif.


F. DOKUMENTASI PROSES DAN HASIL PELAKSANAAN


Gambar 1. Murid menuliskan kelas impian mereka.

 

Gambar 2. Murid menuliskan kelas impian mereka.

 

Gambar 3. Murid menyatakan bukti kesepakatan dengan foto bersama.



 

Gambar 4. Kesepakatan kelas yang sudah di sepakati.


 

Gambar 5. Kesepakatan dicetak dalam bentuk poster.


Berikut link youtube Sosialisasi Budaya Positif di sekolah.


PENGERTIAN CERKAK, CIRI, DAN UNSUR-UNSURNYA-BAHASA JAWA-KURMER-KELAS 9

PENGERTIAN CERKAK, CIRI, DAN UNSUR-UNSURNYA   Mengutip jurnal Karakter dalam Preman, Antologi Cerkak Karya Tiwiek SA dan Implikasinya Te...